Coal
firing system ialah suatu system pengkondisian bahan bakar batu bara yang
berfungsi untuk mengkondisikan batu bara sebagai bahan bakar utama yang ada
didalam silo penampung batu bara menuju ruang bakar dalam proses pembakaran di
dalam ruang furnace.
Karena bahan bakar utama adalah batu bara maka akan di
berikan sedikit ulasan tentang spesifikasi batu bara dalam hal keterkaitanya
dengan pengoperasian dan pemeliharaan pltu. Adapun
spesifikasi batu bara antara lain:
Ø Moisture
Content ( kandungan air) : Yaitu kandungan air
dalam batu bara yang menyebabkan batu bara menjadi basah, pengoperasian batu
bara yang basah akan menurunkan temperature mill outlet ( settingan 550C
– 650C ). Untuk mengatasi hal ini maka hot air yang dibutuhkan akan
semakin banyak dan juga penyerapan panas di daerah radiasi akan berkurang dan
penyerapan panas di daerah konveksi bertambah, temperature main steam akan
semakin tinggi sehingga dilakukan spray untuk menurunkannya, secara keseluruhan
effisiensi pembangkit akan menurun.
Ø Ash
content ( kandungan abu) : Sisa pembakaran dalam
boiler dapat menghasilkan bottom ash 20% dan fly ash/abu terbang 80% dari total
abu yang dihasilkan. Jika kandungan abu dalam batu bara meningkat maka akan
mengakibatkan jumlah kedua hal tersebut akan meningkat pula. Hal ini
mengakibatkan meningkatnya keausan dan kerusakan pada peralatan ash handling
dan biaya pemeliharaan akan tinggi.
Ø Calorific
value ( nilai kalor ) : pengaruh
nilai kalor akan terlihat langsung pada pemakaian batu bara untuk menghasilkan
listrik ( SFC= specific fuel consumption) kg/kwh. Nilai kalor tinggi maka nilai
SFC akan rendah dan juga sebaliknya nilai kalor rendah maka nilai SFC akan
tinggi. Bertambah/berkurangnya batu bara yang akan digunakan akan mempengaruhi
kecepatan coal feeder, perbandingan kecepatan coal feeder dan laju aliran udara
primer akan mempengaruhi combustion control. Pada kondisi normal (nilai kalor
sesuai standat) kecepatan coal feeder 80 – 90%, tetapi bila nilai kalor kurang
dari standat maka kecepatan coal feeder akan melebihi 90%, hal ini mempengaruhi
combustion control dan beban maksimum tidak tercapai.
Ø Hardgrove
grindibility index ( HGI ) : Yaitu
nilai kekerasan dari batu bara yang digunakan, jika nilai HGI rendah maka batu
bara akan keras dan sulit di giling , hal ini mengakibatkan unjuk kerja, biaya
pemeliharaan dan kebutuhan pemakaian listrik motor mill tinggi.
Batubara dari silo penampung melalui Coal Feeder di
isikan ke Pulverizer untuk proses penghalusan (kehalusan 200 mesh) dengan
jumlah / rate sesuai dengan kebutuhan beban yang dibangkitkan unit pembangkit.
Pemakaian batu bara tiap-tiap Pulverizer dicatat melalui Totalizer pada panel
operasi Pulverizer di display lokal panel coal feeder, batu bara dari
Pulverizer disalurkan ke Boiler (proses pembakaran) dengan bantuan udara primer
dari Primary Air Fan melalui coal pipe dan berakhir di coal nozzle pada 4 corner
pada elevasi yang sama untuk satu pulverizer.
Di unit pembangkitan paiton sendiri terdapat 5 unit
Pulverizer dan pada boiler terdapat 5 elevasi coal burner (elevasi A, B, C, D
dan E). Pada Pulverizer, batubara atau material lain (kayu, batu, besi dll)
yang tidak bisa digerus akan dikeluarkan dari pulverizer melalui elbow pyrite yang
sebelumnya telah disapu oleh scrapper dan ditampung pada pyrites hopper untuk selanjutnya dibuang ke bottom ash hopper.
Peralatan utama pada coal firing system ini adalah:
1. Coal
silo ( penampung batu bara ).
2. Gravimetric
Coal feeder.
3. Coal
pulverizer ( mill ).
4. Coal
pipe.
5. Coal
nozzle.
6. Primary
air system.
7. Mill
seal air fan.
1. Coal silo.
Berfungsi menampung batubara untuk
operasi harian setiap saat, sehingga kesiapan unit pembangkit untuk bisa
beroperasi sesuai kebutuhan pembebanan terjaga dengan baik. Bentuk Silo seperti
corong yang dilengkapi dengan slide gate ( slide untuk membuka tutup discharge
silo yang menuju coal feeder ), raper/hammer penggetar ( digunakan untuk
mencegah terjadinya plugging pada dinding silo ) dan sensor nuklir untuk
mengukur level silo. Di unit paiton terdapat 5 buah coal silo dengan kapasitas
masing- masing 560 ton.
2. Gravimetric Coal feeder.
Coal feeder berfungsi untuk mengatur
laju aliran batubara yang akan digiling pada pulverizer sesuai dengan kebutuhan
bahan bakar akibat pembebanan unit pembangkit.
Batu bara dari silo dialirkan ke feeder melalui belt feeder bergerak yang
ada di dalam coal feeder dengan kecepatan yang terkontrol dengan respon dari
sinyal pengaturan pembakaran di dalam boiler, selanjutnya batu bara tersebut di
alirkan ke pulverizer melalui centre discharge pipe di discharge feeder yang
menuju ke ruang mill.
Bagian-bagian coal feeder antara lain:
- Badan coal feeder ( body coal feeder )
- Pipa saluran masuk batu bara ( inlet pipe )
- Pipa keluaran batu bara ( discharge pipe )
- Rubber belt feeder
- Motor drive belt feeder
- Driven pulley
- Take up pulley ( puli pengencang )
- Tension pulley
- Clean out scrapper
- Belt scrapper
- Load cell modulate
- Belt motion
- Roller shaft
- No coal switch
Dalam system operasinya di butuhkan
kalibrasi, kalibrasi coal feeder dilakukan setelah feeder beroperasi satu bulan
dari operasi awal, setiap enam bulan berikutnya dan setiap adannya kejadian seperti pergantian
belt, pengaturan weight roller atau penggantian pada load cell modul, CPU board
atau pada microprocessor chip.
Coal feeder juga
dilengkapi dengan system pengaman selama operasi bila terjadi gangguan yang
berupa signal alarm:
1. Alarm no 1: sensor convert out range. Load cell/kabel load cell tidak berfungsi,
kemungkinan pada koneksi modul analog.
2.
Alarm no 2: sensor tidak ada converting. Alarm no 2 ini identik dengan alarm no 1, modul load
cell tidak berfungsi.
3.
Alarm no 3: sensor loose of tacho feeed back. Rangkaian elektronik tidak dapat mendeteksi putaran
motor, motor tetap bisa digunakan secara mekanik tapi tidak bisa dioperasikan
dalam mode LOCAL atau REMOTE.
- Alarm no 4: sensor belt motion time out. Pendeteksi gerakan belt tidak bekerja.
5.
Alarm no 5: sensor EE prom write error. U43 tidak befungsi,
bisa terjadi karena alat atau perangkat lunaknya.
- Alarm no 6: sensor loose of power electrical. Feeder kehilangan supply kelistrikan.
7.
Alarm no 7: sensor feeder discharge plugged. Sensor berupa stick di discharge feeder tersumbat.
8.
Alarm no 8: motion belt in local/calibration. Identik dengan alarm no 4, terganggunya sinyal
pendeteksi gerakan belt.
- Alarm no 9: remote TCI error. Sinyal data penghitung total material hilang.
- Alarm no 10: feed rate error. Setting permintaan / demand feedrate tidak terpenuhi.
11.
Alarm no 11: motor
starter fault. Rangkaian elektronik motor penggerak belt tidak tersambung
atau tidak menerima perintah.
3. Coal Pulverizer ( Mill
).
Coal
pulveizer berfungsi untuk menggerus batu bara yang disupplay dari coal feeder dengan kehalusan 200 mesh ( yang akan di saring oleh clasifier di dalam
mill ) dan selanjutnya serbuk batu bara tersebut di transportasikan ke tiap2
korner di elevasi yang sama dengan bantuan udara primer.
Untuk material batu bara yang kehalusanya kurang dari 200 mesh atau tidak dapat
ter gerus dan material berupa batu, besi kayu, dll akan dibuang melalui reject hopper yang akan di
bersihkan oleh scrapper. Di dalam mill sendiri terdapat grinding roll untuk
menggerus batu bara yang sudah terumpan dalam sebuah bowl berputar yang di
gerakkan oleh motor listrik dengan daya 600kW, 3 kV, 114 amp nominal, di PLTU
unit 1&2 paiton terdapat 5 buah mill.
Untuk
pelumasan pada mill menggunakan aliran pelumas sirkulasi bertekanan yang
digerakkan oleh pumpa yang akan melumasi bagian-bagian mill diantaranya: gear
box motor, bearing2 motor. Karena temperature udara primer yang ada di dalam
mill mencapai 2000C dan bercampur serbuk batu bara yang mudah
terbakar, maka untuk mencegah terjadinya internal combustion di dalam mill
terdapat inerting steam ( pressure 70 psi ) dan clearing steam ( pressure 140
psi) untuk mencegah terjadinya internal combustion di dalam mill.
System
proteksi untuk mill anatara lain:
Ø Feeder
trip.
Ø Master
fuel trip.
Ø Pressure mill seal air fan low < 8 inWC.
Ø Berkaitan
dengan system pelumasan:
·
Temperature lube oil
gear box high= 600C, low <350C.
·
Temperature oil tank
low= < 300C, high > 700C
( lube oil pump trip ).
·
Pressure lube oil low=
<0.9 bar ( alarm ), < 0.7 bar ( trip ).
·
Lube oil flow low =
< 125 lpm.
·
Differensil pressure
filter high >/ 1.4 bar.
·
Temperature bearing
motor high = 700C ( alarm ), 750C ( trip ).
4. Coal Pipe.
Pulverize
( bubuk batubara ) hasil penggilingan di dalam Mill dihembuskan dengan udara
panas dari primary air sistem melalui coal pipe ini. Tiap mill terdapat 4 buah
coal pipe yang masing-masing akan menuju ke 4 corner di elevasi yang sama, pada
line coal pipe ini terdapat discharge valve pada tiap-tiap coal pipe yang
berfungsi untuk membuka tutup aliran serbuk batu bara yang keluar dari mill
serta terdapat shut-off gates yang terletak diujung coal pipe pada corner
berfungsi membuka tutup aliran serbuk batu bara yang akan di masukkan ke dalam
ruang pembakaran. Didalam sepanjang
coal pipe ini juga dilapisi semacam keramik, hal ini bertujuan mengurangi
faktor gesekan antara dinding pipa dan serbuk batu bara secara langsung sehingga
sanggat berpotensi menimbulkan kebakaran dalam line coal pipe tersebut selain
itu pemasangan keramik di dalam coal pipe juga untuk memperlancar aliran batu
bara karna koefisien gesekan semakin kecil.
5. Coal Nozzle.
Fungsi dari coal nozzle adalah mencampur udara sekunder dengan batubara dan
udara primer yang kemudian akan dilakukan pembakaran di dalam ruang bakar. Arah
coal nozzle bisa digerakkan 300 ke bawah dan 300 ke atas oleh
tilting untuk pengaturan temperature serta pressure main steam agar tercapai
sesuai set poin. Bila coal nozzle ini mengalami kerusakan maka proses
pencampuran ini akan kurang sempurna sehingga pembakaran kurang bagus.
6. Primary Air System.
Fungsi dari primary air system dalam hal ini adalah menyediakan udara
dengan maksud:
-
Mengeringkan
batubara row yang digiling dalam Mill sehingga memudahkan proses penggilingan
menjadi pulverize ( batubara serbuk ) agar mudah ditransportasikan ke ruang
bakar boiler.
-
Sebagai
media untuk transportasi pulverize hasil penggilingan dalam mill menuju ke
ruang pembakaran boiler.
-
Menyumbangkan
udara pembakaran 30% dari kebutuhan udara pembakaran.
-
Serta inlet suction
mill seal air fan.
Bagian-
bagian dari primary air system antara lain meliputi:
- PA Fan.
- Steam coil air heater.
- Primary air heater.
- PA Duct ( cold air duct & hot air duct ).
_
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
- PA FAN
Berfungsi untuk menghasilkan udara primer yang
digunakan untuk proses primary air system, suplay udara pembakaran dilakukan
oleh dua fan yang digerakkan oleh motor listrik dengan daya daya 1650 HP,
tegangan input 3 kV, arus nominal 275 A dan putaran nominal 1488 rpm.
Pengaturan Jumlah aliran Udara dilakukan pada Sisi Inlet
oleh damper dengan pembukaan secara Variable. Sedangkan Damper Outlet diperlukan
untuk menutup rapat agar PA Fan tidak
memutar balik apabila tidak Running dan untuk pengamanan apabila ada program
pemeliharaan / Perbaikan.PA Fan mempunyai kapasitas 2 x 50 %, bisa operasi satu
sisi bila salah satunya ada perbaikan.
Sistem proteksi untuk PA Fan antara lain:
Ø
Loss
of flow path
Ø
Air
heater stop
Ø
Lube oil failure (
alarm low pressure =0.8 kg/cm2, trip=0.5kg/cm2)
Ø
Vibrasi high ( alarm=3
mm/s, trip=9 m/s)
Ø
Temperatur bearing high
( alarm=650C, trip=700C)
Ø
Low flow oil = < 19
lpm
Ø
Electric failure.
- Steam Coil Air Heater.
Steam
coil berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada udara supaya temperatur
pada sisi cold end PAH tetap terjaga lebih besar dari 90º C. Sisi cold end
adalah sisi dari PAH tempat udara primer masuk dan flue gas keluar. Ini untuk menghindari terjadinya dew point kandungan
sulfur yang terdapat dalam batubara. Apabila dew point tercapai maka sulfur
akan menyublim yang akan berakibat timbulnya korosi pada elemen-elemen pemanas PAH.
Media pemanas steam coil adalah auxiliary staem dengan pressure steam saat
masuk = 10.3 bar dan temperatur 1840C.
- Primary Air Heater ( PAH ).
Primary
air heater adalah pemanas lanjut setelah steam coil air heater, primary air
heater (PAH) berfungsi untuk memberikan pemanasan pada udara primer sebelum
digunakan untuk mengeringkan batu bara dan transportasi batubara ke ruang bakar.
Media pemanasnya adalah flue gas setelah melewati economizer untuk memanaskan
feed water. Tipe PAH adalah lyungstrom (regenerative air heater) bisector atau
terdiri dari 2 sector elemen yaitu hot elemen dan cold elemen dan berputar
dengan digerakkan oleh motor listrik menggunakan reducer gear. PAH terletak di tengah saluran udara primer dan saluran
flue gas yang alirannya saling berlawanan. Saat elemen pemanas berada pada sisi
aliran flue gas, elemen menerima panas yang dibawa oleh flue gas kemudian
berputar dan pada saat elemen berada pada sisi aliran udara primer maka udara
akan melewati elemen pemanas dan mengambil panas yang dibawa sehingga
temperatur elemen akan turun dan berputar lagi melewati sisi aliran flue gas
untuk mengambil panas dari flue gas, begitu seterusnya. Di PLTU Paiton untuk
tiap unit terdapat 2 buah PAH.
- Primary Air Duct.
Primary air duct ini adalah saluran untuk meneruskan
udara primer yang dihembuskan dari PA fan, terdapat 2 saluran untuk primari air
ini.
- Hot Air duct : yaitu saluran untuk udara primer dimana udara tersebut setelah dipanaskan terlebih dahulu oleh PAH.
- Cold Air duct : yaitu saluran untuk udara primer dimana udra tanpa melewati/ di panaskan oleh PAH.
Kedua saluran udara (hot air& cold air) tersebut
nantinya akan dpertemukan dan dilakukan percampuran sebelum masuk ke ruang mill
dengan mengatur bukaan dari slide gate valve ( hot air gate & cold air gate
), percampuran kedua saluran udara tersebut bertujuan untuk menjaga temperatur
outle mill ( settingan 500C – 650C).
7.
Mill Seal Air Fan.
Karena primari air dan pulverizer bertekanan positif,
maka untuk mencegah terjadinya kontaminasi debu batu bara atau debu kotoran
pada perlengkapan di dalam mill seperti
pulverizer jurnal, pulverizer spring housing dan pulverizer gear box. Maka Mill seal air fan berfungsi untuk
keadaan tersebut yaitu untuk mengseal perlengkapan tersebut dari debu atau
kotoran batu bara agar perlengkapan tersebut dapat bekerja optimal.
Untuk supplay udara sendiri di ambil dari primari air
sisi cold air, mill seal air fan digerakkan oleh motor berkapasitas 380 volt,
terdapat dua buah motor dipasang paralel dengan satu operasi dan satu stand by.